Cute Rocking Baby Monkey

CSE

Loading

Sabtu, 28 Desember 2013

Defining Iron-Deficiency Anemia in Public

This paper provides a historical context for this meeting, which aimed to examine critically the way we have defined iron-deficiency anemia as a public health problem. The terms and concepts used to define the problem are reviewed first, followed by estimates of the global prevalence of the problem from 1985 to 2000. It is argued that recent estimates are not credible and that we must redefine the problem in terms that are important, measurable and addressable. This meeting was designed to take first steps toward that goal, namely, to identify the causal factors (e.g., iron deficiency vs. iron-deficiency anemia vs. severe anemia from any cause) that link iron-deficiency anemia to important health outcomes and to estimate the magnitude of their effects in public health terms.
•iron deficiency
•anemia
•public health
•history
The impetus for this meeting was the conviction that we must define the problem ofiron-deficiency anemia in terms of its health consequences in human populations. To do this with
clarity, we must look critically at the evidence. First, this meeting must be put in historical
context. Where have we come from in defining iron-deficiency anemia as a public health
problem? Where do we hope to go? 
 

Gizi Buruk

Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah severely underweight.3Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai yaitu kwashiorkor, marasmus dan gabungan dari keduanya marasmiks-kwashiorkor.4 Pengertian kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat.5 Kwashiorkor dapat dibedakan dengan marasmus yang disebabkan oleh asupan dengan kurang dalam kuantitas tetapi kualitas yang normal , sedangkan marasmiks-kwashiorkor adalah gabungan dari kwashiorkor dengan marasmus yang disertai dengan oedema. 2,5
Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk bagi balita.2 Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi kronis.8 Deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan pemeriksaan BB/U untuk memantau berat badan anak. Selain itu pamantauan tumbuh kembang anak dapat juga menggunakan KMS(KartuMenuju Sehat). 9
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk,diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).10,11 Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup.12 Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan.1 Selain status sosial ekonomi, BBLR juga dapat mempengaruhi terjadinya gizi buruk, hal ini dikarenakan bayi yang mengalami BBLR akan mengalami komplikasi penyakit karena kurang matangnya organ, menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan gizi saat balita.13

Selasa, 10 Desember 2013

Ahli Gizi Indonesia selamat berjuang

Profesi ahli gizi ,, ehm, mungkin tak banyak orang tau mengenai detail dari profesi itu. Tak jarang orang menanyakan, profesi bagian apa ahli gizi itu. Kebanyakan orang hanya tahu profesi dokter, perawat, bidan, dan lain sebagainya. namun, di sisi lain tak ada yang mengetahui peran penting seorang ahli gizi itu, sehingga namanya pun tak begitu familiar di telinga masayarakat.
Saya sebagai calon seorang ahli gizi pun, rasanya sangat menyayangkan akan keadaan ini. Padahal, tanpa seorang ahli gizi mungkin semuanya tak berjalan dengan baik.
Ahli gizi adalah salah satu dari sekian banyak profesi dari tenaga paramedis. ahli gizi bertugas dalam hal asupan makanan seorang pasien.Ilmu gizi publik adalah ilmu gizi yang diaplikasikan untuk kesejahteraan publik (masyarakat luas) dengan tidak sengaja mengkaitkannya dengan masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga dengan masalah-masalah ekonomi, kemiskinan, pertanian, lingkungan hidup, pendidikan , kesetaraan gender, dan masalah-maslah pembangunan manusia lainnya.
Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi. Berikut dapat kita lihat satu per satu.
Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).
Sedangkan  seorang konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali, mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).
Kemudian peran ahli gizi yang satu lagi ialah sebagai penyuluh gizi. Yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
Sebagai calon dari sekian banyak generasi penerus ahli gizi, saya hanya berharap agar fungsi, tugas dan keberadaan ahli gizi tidak di pandang sebelah mata lagi oleh masyarakat. without a nutritionist, everybody won’t be health.

baca selengkapnya